Kiral berasal dari bahasa Yunani
"cheir" yang artinya tangan. Coba bayangkan tangan kiri berada di
depan cermin, tentu saja bayangannya adalah tangan kanan. Sekarang posisikan
tangan kiri dan tangan kanan menghadap ke bawah atau ke arah lantai. Kemudian letakan
tangan kiri di atas tangan kanan anda. Terlihat, tangan kanan tidak bisa
diimpitkan dengan tangan kiri kita.
Hal yang sama
juga berlaku bagi molekul-molekul organik tertentu. Pada gambar di atas, dapat
dilihat senyawa Alanine memiliki dua struktur yang berbeda. Sebutlah A dan B
yang analog dengan tangan kiri dan tangan kanan kita. A dan B sering disebut
sebagai stereoisomer (isomer ruang) atau isomer optis. Harus diingat, suatu
molekul organik disebut molekul kiral jika terdapat minimal satu atom C yang mengikat
empat gugus yang berlainan seperti senyawa Alanine. Molekul-molekul kiral
memiliki sifat yang sangat unik yaitu sifat
optis. Artinya suatu molekul kiral memiliki kemampuan untuk memutar bidang
cahaya terpolarisasi pada alat yang disebut polarimeter.
Menurut
Solomons (1990:112) menyatakan bahwa aturan
prioritas Chan-Ingold-Prelog yaitu prioritas ditentukan oleh nomor atom
dari atom yang terikat langsung dengan atom karbon yang berikatan. Jika atom
karbon yang terikat sama, maka yang digunakan sebagai dasar adalah atom yang
terikat berikutnya sampai diperoleh perbedaan prioritas yang terakhir yaitu
atom yang terikat oleh ikatan rangkap 2 atau 3 dianggap mengikat 2 atau 3 atom
sejenis dengan ikatan tunggal.
Sistem tata nama isomer
optik diperkenalkan Chan-Ingold-Prelog yang mengklasifikasikan atom C kiral
sebagai R atau S. Sistem tata nama
ini sering dinamakan konfigurasi
mutlak/absolut. Contohnya (2R,3S)-2,3 dibromo pentana. Dengan sistem tata
nama ini diperkenalkan dua klasifikasi stereoisomer, yaitu enantiomer dan
diastereoisomer. Enantiomer
adalah yang antara satu sama lain merupakan bayangan cermin. Diastereomer
adalah yang bukan merupakan bayangan cermin, contohnya adalah isomer cis dan
trans. Definisi dari enantiomer dan diastereoisomer
sedikit rumit tetapi akan dijelaskan secara sederhana.
- (2R,3S)-2,3 dibromo pentana dan (2S,3R)-2,3 dibromo pentana
- (2R,3S)-2,3 dibromo pentana dan (2R,3R)-2,3 dibromo pentana
Sekarang penjelasan berikut ini :
- Jika di antara sepasang stereoisomer tidak ada atom C kiral yang memiliki konfigurasi yang sama, maka stereoisomer tersebut adalah enantiomer. Seperti contoh pertama (2R,3S)-2,3 dibromo pentana dan (2S,3R)-2,3 dibromo pentana.
- Jika di antara sepasang stereoisomer terdapat minimal satu atom C kiral yang memiliki konfigurasi yang sama, maka stereoisomer tersebut adalah diastereoisomer. Seperti contoh kedua (2R,3S)-2,3 dibromo pentana dan (2R,3R)-2,3 dibromo pentana.
Cara
Menentukan Konfigurasi R/S :
1. Diurutkan keempat gugus atau atom
yang terikat pada atom C kiral, sesuai urutan prioritas aturan deret
Chan-Ingold-Prelog.
2. Diproyeksikan molekul itu sedemikian
sehingga gugus yang berprioritas rendah kebelakang.
3. Dipilih gugus dengan prioritas
tertinggi dan ditariklah satu anak panah bengkok ke gugus dengan prioritas
tertinggi berikutnya.
4. Jika panah ini searah jarum jam,
maka konfigurasinya adalah R, jika berlawanan arah konfigurasi S
Sebagian
masyarakat mungkin kurang memperhatikan sifat optis suatu senyawa organik,
padahal reaksi kimia dalam sistem biologis makhluk hidup sangat stereospesifik.
Artinya suatu stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbeda dengan
stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup. Bahkan terkadang
suatu stereoisomer akan menghasilkan produk yang berbeda dengan stereoisomer
pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup.
Melihat fakta di
atas stereokimia (struktur ruang) suatu senyawa organik mutlak harus
diperhitungkan dalam reaksi-reaksi biologis makhluk hidup. Sayangnya sulit
sekali menghasilkan suatu enantiomer atau diastereoisomer murni. Bahkan 90
persen obat-obat sintetik yang mengandung senyawa kiral masih dipasarkan dalam
kondisi rasemik sampai awal 1990-an.
Campuran rasemik artinya suatu campuran
yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Lalu bagaimana
caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (EE) yang
tinggi? Enantiomeric excess artinya
persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase
enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau
sebaliknya. Harus diingat dua prinsip
dasar isomer optik yaitu:
- Sepasang enantiomer memiliki sifat-sifat fisika (titik didih, kelarutan, dan lain-lain) yang sama tetapi berbeda dalam arah rotasi polarimeter dan interaksi dengan zat kiral lainnya.
- Sepasang diastereoisomer memiliki sifat-sifat fisika dan sudut rotasi polarimeter yang berbeda satu sama lain. Bahkan sering dalam bereaksi mengambil cara yang berlainan. Artinya kita bisa memisahkan campuran dua diastereoisomer dengan cara-cara fisika (destilasi, kristalisasi, dan lain-lain). Akan tetapi tidak bisa memisahkan campuran dua enantiomer dengan cara-cara fisika, karena sepasang enantiomer memiliki properti fisika yang sama. Kesimpulannya, kita dapat dengan mudah memisahkan campuran dua diastereoisomer, tapi akan kesulitan memisahkan campuran dua enantiomer.
Lalu bagaimana
memperoleh suatu enantiomer dengan EE yang tinggi? Louis Pasteur dikisahkan
pernah memisahkan dua enantiomer Natrium Amoium Tartarat menggunakan pinset.
Hal ini dapat terjadi karena dua enantiomer itu mengkristal secara terpisah.
Cara ini sering disebut cara resolusi.
Cara ini kurang efektif karena tidak semua enantiomer mengkristal secara
terpisah.
Jadi resolusi
tidak dapat dianggap sebagai teknik yang umum. Cara lain yang sering ditempuh
para ahli kimia adalah rute biokimia
dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni.
Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran
rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas
putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan
(R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut. Beberapa produk lain dari rute
biokimia yaitu Monosodium L-Glutamat, L-Lysine dan L-Mentol. Sistem tata nama D
dan L dinamakan konfigurasi relatif.
Sistem ini sering dipergunakan dalam penamaan asam amino dan karbohidrat.
Sayangnya tidak
semua enantiomer dapat diproduksi dengan EE yang tinggi melalui rute biokimia
ini. Hal ini dikarenakan kespesifikan enzim dan mikroorganisme. Sebagai contoh
bakteri Pseudomonas putida belum tentu dapat digunakan untuk memisahkan
(+)-Mentol dengan (-)-Mentol.
Para ahli kimia
organik seperti Ryoji Noyori dan William S. Knowles tidak kehilangan
akal dalam menyelesaikan permasalahan ini. William S. Knowles berhasil
mensintesis senyawa yang disebut (R,R)-DiPAMP (Gambar 2.). Ia menggunakan
(R,R)-DiPAMP sebagai ligan untuk membentuk senyawa kompleks dengan logam Rh. Senyawa
kompleks ini sangat bermanfaat dalam proses hidrogenasi asimetrik gugus
enamida. Dengan senyawa kompleks ini, ia berhasil mensintesis L-DOPA yang
sangat berguna dalam terapi penyakit Parkinson dengan kemurnian 95 persen ee.
Selain L-DOPA,
senyawa kompleks ini juga sering dipergunakan untuk mensintesis asam?
alfa-amino dengan EE yang tinggi, contoh L-Phenilalanin, L-Trytophan, L-Alanin,
L-Lysin, dan lain-lain, kecuali asam aspartat karena memiliki dua gugus
karboksilat yang berdekatan.
Di lain pihak,
Ryoji Noyori menyintesis senyawa yang diberi nama BINAP. Ia mempergunakan BINAP
sebagai salah satu ligan untuk membentuk senyawa kompleks dengan logam Ru.
Senyawa kompleks ini sangat fleksibel, karena dapat digunakan untuk hidrogenasi
asimetrik alkena, dan reduksi keton secara enantioselective. Sebenarnya proses
reduksi keton secara enantioselective bukanlah hal baru, tetapi penggunaan
logam transisi sebagai katalis untuk proses reduksi keton biasanya sulit dan
tidak bersifat enantioselective. Enantioselective artinya suatu reaksi yang
menghasilkan dua enantiomer, di mana salah satu enantiomer dihasilkan dalam
jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan enantiomer pasangannya.
Khusus untuk
reduksi keton, Ryoji Noyori mensintesis (S)-BINAP/(S)-diamine Ru(II) catalyst.
Dengan senyawa kompleks ini sudah banyak diproduksi obat-obat kiral dengan
biaya produksi yang rendah dan kemurnian yang tinggi. Sebagai contoh L-DOPS,
Levofloxacin, Neobenodine, Fosfomycin, Fluoxetine hydrochloride, Naproxen, dan
lain-lain. Sebagai catatan L-DOPS adalah prekursor dari Norepinephrine.
Norepinephrine adalah neurotransmitter untuk mengirim sinyal ke jantung dan
pembuluh darah.
Kedua penemuan
ini telah membuka cakrawala baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut
laporan, sampai tahun 2000, penjualan obat kiral dalam bentuk enantiomer murni
di dunia telah mencapai 123 miliar dolar AS. Tidak tertutup kemungkinan
terwujudnya penemuan-penemuan baru, bahkan mungkin saja bangsa Indonesia yang
akan melakukan terobosan-terobosan baru tersebut. Ingat, kisah ini belum
berakhir, karena ilmu pengetahuan tidak pernah mati. Akhir kata, maju terus
ilmu pengetahuan Indonesia.
assalamualaikum wr.wb. saya ingin bertanya apa saja contoh obat-obatan yang mengandung senyawa kiral dalam kondisi rasemik dan apa dampak nya?
BalasHapusWaalaikumsalam warahmatullah. Terimakasih wela, atas pertanyaannya, saya akan mencoba menjawab
Hapuscontohnya adalah Tramadol
Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake. Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid.
• Enantiomer ( + ) kira-kira empat kali lebih kuat dibanding kemampuan enantiomer ( – ) dalam hal afinitas terhadap reseptor u-opioid dan pengambilan kembali ( reuptake ) 5-HT.
• Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic.
Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic. Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
Saya harap jawaban dari saya dapat dimengerti, jika ada kesalahan, mohon diingatkan atau diperbaiki.
Terimakasih ^^
Assalamualaikum wahyuni
BalasHapusSaya ingin sedikit menambahkan
Ingin sedikit menambahkan mengenai konfigurasi mutlak.
Konfigurasi Mutlak (Absolute) merupakan penataan atom-atom dalam ruang 3 dimensi pada sebuah senyawa dengan orientasi yang sudah pasti ataupun tertentu. Ketentuan pada konfigurasi ini berdasarkan konvensi Cahn-Ingold-Prelog yakni menggunakan sistem huruf R (Rectus) atau S (Sinister) untuk setiap pusat kiral dalam molekul. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan paling akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah ditentukan. Jika urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral, karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai konfigurasi S (Sinister).engenai konfigurasi mutlak.
Konfigurasi Mutlak (Absolute) merupakan penataan atom-atom dalam ruang 3 dimensi pada sebuah senyawa dengan orientasi yang sudah pasti ataupun tertentu. Ketentuan pada konfigurasi ini berdasarkan konvensi Cahn-Ingold-Prelog yakni menggunakan sistem huruf R (Rectus) atau S (Sinister) untuk setiap pusat kiral dalam molekul. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan paling akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah ditentukan. Jika urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral, karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai konfigurasi S (Sinister).
Terimakasih
Waalaikumsalam niaa.
HapusTerimakasih atas penambahannya. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca ^^
assalamualaikum
BalasHapusSaya ingin mencoba menjawab pertanyaan dari wela.
Sebagian masyarakat mungkin kurang memperhatikan sifat optis suatu senyawa organik, padahal reaksi kimia dalam sistem biologis makhluk hidup sangat stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup. Bahkan terkadang suatu stereoisomer akan menghasilkan produk yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup.
Beberapa obat yang beredar dalam bentuk campuran rasemik Contohnya adalah:
1. ObatThalidomide
Obat ini dipasarkan di Eropa sekira tahun 1959-1962 sebagai obat penenang. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana enantiomer yang berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Tetapi ibu hamil yang mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru mengalami masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya. Sedikitnya terjadi 2000 kasus kelahiran bayi cacat pada tahun 1960-an. Hal ini merupakan tragedi besar yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah obat-obat kiral.
2. Nikotin
(-)Nikotin dilaporkan lebih beracun dan berbahaya dibandingkan dengan (+)Nikotin. Tanda “+” menyatakan arah rotasi polarimeter sesuai arah jarum jam, sedangkan tanda “-” menyatakan arah rotasi polarimeter berlawanan arah jarum jam.
Terimakasih mayaa. Sudah membantu menambahkan jawaban :)
Hapusprof premraj pushpakaran writes -- 2017 marks the 100th birth year of William Standish Knowles !!!
BalasHapus